Salah satu jalan yang cukup melegenda di daerah Canggu bernama shortcut Canggu atau gabungan Jalan Echo Beach dan Jalan Anggrek—jika melihat pada Google Street View. Seperti namanya, shortcut—atau yang dalam terjemahan Bahasa Indonesianya adalah jalan pintas—ini menghubungkan antara Desa Canggu dan Desa Tibubeneng, Kabupaten Badung, Bali.
Mengutip Tribun News, jalan pintas ini menjadi cara menghemat waktu karena jika dengan menggunakan jalan utama bisa menghabiskan waktu hingga satu jam. Maka dari itu, jalan pintas sering macet. Lebar jalan pintas Canggu tidak bisa memuat 2 mobil, sehingga jalan ini hanya diperuntukan untuk motor 2 arah dan mobil hanya 1 arah. Jalannya pun terbilang tidak terawat karena hanya bermaterialkan conblock yang pinggirannya sudah rapuh dan banyak yang terlepas, sementara sebelah jalan tersebut persawahan. Mengutip Tribun News, tidak jarang mobil terperosok ke sawah dan membuat kemacetan semakin menjadi-jadi1. Saking ramainya, pernah suatu waktu saya ingin melewati jalan itu, namun jalan masuk dengan jalan penghubung sedang diperbaiki dan ditutup hingga timbul kemacetan dan semua kendaraan berbalik arah mencari jalan lain.
Selama sebulan, saya cukup sering melintasi jalan pintas ini dari indekos saya di daerah Kerobokan ketika menuju Pantai Berawa pada pagi hari ataupun setelah bekerja. Bagi saya, suguhan pengalaman visual yang cukup menarik karena selain menghadirkan pemandangan sawah yang sejuk nan asri, tapi juga menghadirkan pemandangan yang “menggelitik” saya. Di tengah kemacetan jalan pintas ini karena saking ramainya, ada beberapa papan reklame besar yang menampilkan orang-orang yang tidak saya kenali disertai ucapan selamat ulang tahun. Sejujurnya saya tidak tahu dari kapan papan-papan reklame itu dipajang dengan maksud demikian ataupun tidak ada keterangan terkait tanggal ulang tahun orang yang dipajang karena bisa saja sudah lewat ataupun sudah dipasang jauh hari. Setidaknya, saya menemukan 2-3 papan reklame dengan ucapan selamat ulang tahun, selain beberapa papan reklame lainnya yang menyebarkan informasi acara-acara pesta di daerah Canggu. Padahal jika mengacu pada Google Street View yang diambil pada September 2019, papan-papan reklame ‘narsis’ seperti ini belum ada.
Beberapa papan reklame ini tidak hanya membuat perjalanan saya dan mungkin banyak orang menyenangkan. Tidak sedikit pengguna jalan yang di tengah ramainya jalan pintas ini tetap mengabadikan foto-foto papan reklame selama perjalanan mereka. Peristiwa seperti ini terekam ketika saya sedang melintas dan dengan adanya aktivitas mentioned ke akun Instagram Canggupole sebagai akun berbagi informasi, komunitas, dan shitposting khususnya di daerah Canggu.
Tidak mau kalah, saya pun ikut mencoba mengabadikan foto papan-papan reklame ini saat melintasinya karena jalan pintas ini ramai, bergelombang, menanjak, jadi cukup sulit jika tidak berhenti lalu mengabadikannya. Akhirnya saya mencoba berhenti di ujung jalan dan berjalan untuk mengambil foto. Sayangnya, saya hanya berhasil mengambil satu papan reklame bertuliskan “Happy Birthday Baby. Wish You All The Best” karena jalanan sudah mulai padat.
Saat saya menjalani hidup di Bali selama satu bulan, terasa komunitas di Canggu berjalan sangat organik, mulai dari interaksi masyarakat lokalnya dengan masyarakat pendatang seperti saya, serta banyaknya para peselancar berkomunitas dari dalam maupun luar negeri. Pastinya, orang yang ada di papan-papan reklame ini akan jadi bahan obrolan di tongkrongan dan membuatnya sangat terkenal, setidaknya di daerah Canggu. Bagi saya, rasanya menyenangkan saat mengenal secara wajah orang-orang di Canggu dengan cara yang cukup unik. Setidaknya saya tidak akan merasa terganggu dengan papan-papan reklame “Kepak Sayap Kebhinekaan” dan “Kerja untuk Indonesia 2024” baru-baru ini.